Sabtu, 27 Juni 2015

Life Of Pi : Arti Kebenaran Itu Apa sih?




Judul : Life Of Pi
Penulis : Yann Martel
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis

Pada tanggal 21 Juni 1977, kapal barang Tsimtsum berlayar dari Madras menuju Canada. Pada tanggal Juli, kapal itu tenggelam di Samudra Pasifik. Hanya satu sekoci berhasil diturunkan, membawa penumpang seekor hyena, seekor zebra yang kakinya patah, seekor orang-utan betina, seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kilogram, dan Pi---anak lelaki India berusia 16 tahun.

Selama lebih dari tujuh bulan sekoci itu terombang-ambing di Samudra Pasific yang biru dan ganas. Di Samudra inilah sebagian Kisah Pi berlangsung. Kisah yang luar biasa, penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamnya, kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan.

Film layar lebar mulai ditayangkan 28 Nov 2012 dengan sutradara Ang Lee.

Review

Life Of Pi...
Kisah tentang perjuangan seorang anak untuk bertahan hidup di Samudera tak bertuan. Di blurb belakang novel ditulis bahwa, kisah ini akan membuat orang PERCAYA PADA TUHAN.

Benarkah?

Saya rasa, tidak.

Life Of Pi dibuka dengan cerita mengenai seorang penulis yaitu Yann Martel yang sedang bingung menyelesaikan novel romansanya. Karena merasa stuck ia pun pergi ke India untuk berekreasi sekaligus mencari ide untuk kelanjutan ceritanya. Nah, bermula dari pertemuannya dengan seorang pria tua bernama 'Mamaji' inilah, si penulis (Yann Martel) bertemu dengan Piscine Molitor Patel atau sebut saja Pi.


Kisah pun dimulai...

Dari sebuah kota kecil di India yang bernama Pondicherry, diceritakanlah mengenai masa kecil Pi dan asal mula kenapa dia mendapat nama Piscine Molitor. Di awal-awal bab, banyak sekali guyonan garing yang disampaikan penulis. Seperti ini:

Aku tak pernah punya masalah dengan rekan-rekan sesama ilmuwan. Ilmuwan adalah jenis orang-orang yang ramah, ateis, pekerja keras, dan senang minum bir. Pikiran mereka sibuk dengan seks, catur, dan bisbol kalau tidak sedang terfokus pada ilmu pengetahuan.        Life Of Pi - halaman 22

Kehidupan ini begitu indah, sehingga maut pun jatuh cinta padanya. Cinta yang pencemburu dan posesif, yang menyambar apa pun yang bisa diambilnya.         Life Of Pi - halaman 23

Tak ada yang bisa kuceritakan tentang pekerjaanku, kecuali bahwa dasi di leherku rasanya seperti tali gantungan; meski terbalik, tetap bisa mencekik kalau si pemakai tidak berhati-hati.       Life of Pi - halaman 23

Ketiga cuplikan di atas adalah sebagian dari guyonan-guyonan garing yang ada di dalam buku Pi. Bahkan, di halaman awal saja, Pi sudah menceritakan panjang lebar mengenai persamaan manusia dan binatang tentang kondisi 'nyaman' yang dicari-cari oleh kedua makhluk hidup beda spesies ini. Dari gambaran-gambaran tersebut, saya akhirnya bisa menyimpulkan, Pi ini... orangnya sinis, kritis, dan ceriwis. :))

Bagian pertama buku Pi, selain menceritakan masa kecil Pi, juga menceritakan alasan-alasan Pi dan keluarganya pindah hingga mengalami kecelakaan kapal. Jadi, ketika kapal yang ditumpangi Pi berlayar sampai ke Samudera Pasifik, terjadi ledakan-ledakan ringan di bagian lambung kapal yang membuat kapal karam saat badai menerjang. Di buku, karamnya kapal ini agak kabur, tidak dijelaskan secara detail (atau, sayanya aja yang nggak ngebaca).

Kalau di buku, saya mikirnya malah kapal itu ninggalin Pi seorang diri di atas sekoci yang isinya zebra luka sama seekor Hyena nyebelin. Tapi, di filmnya, saat adegan kapal karam adalah salah satu adegan yang keren banget! Saya bisa mendapat gambaran yang jelas dan masuk akal saat Pi kehilangan keluarganya. Walau..., terasa agak aneh, Pi yang suka nyinyir kok... mendadak keluar kapal dan teriak-teriak gak jelas di atas kapal waktu badai berlangsung. :|

Bagian kedua pun dimulai.

"Richard Parker! Richard Parker!"

Waktu mendengar nama itu, apa yang kalian pikirkan? Orang bule besar?

Waktu membaca Pi memanggil-manggil nama itu, saya kira dia sedang mengajak bicara orang lain yang tenggelam. Rupanya, Richard Parker itu nama harimau bengal. Saya sama sekali nggak menyangka. :))

Awal mula si harimau dinamai Richard Parker ini gara-gara kesalahan administrasi. Harusnya, harimau ini dinamai Thristy tetapi, malah dinamai sama pemelihara lamanya yaitu, Richard Parker. Lucu! Dan dia menjadi salah satu favorit saya di buku selain meerkat-meerkat jinak di bagian ketiga. :D

Nah di sini, saat Pi berinteraksi dengan ketiga hewan liar (atau malah empat?) di sekoci kecilnya, terjadi adegan yang seru. Jujur saja, saya sedikit ngeri ketika Yann menceritakan dengan rinci pembunuhan demi pembunuhan yang dilakukan salah satu binatang di sekoci tersebut. Kengerian saya makin bertambah waktu Yann juga menceritakan dengan detail bagaiman Pi membunuh makhluk-makhluk laut untuk bertahan hidup. Jujur saja..., saya ngeri mbayanginnya. --"

Bagian kedua ini lebih panjang daripada bagian satu dan bagian ketiga. Di sini, selama berahri-hari, Pi 'terpaksa' bertahan hidup demi dirinya sendiri maupun Richard Parker, si harimau tukang makan, yang kalau saya bayangin kok unyu-unyu sekali.

Di bagian kedua ini terasa sekali bagaimana perjuangan Pi untuk tetap hidup. Jika di buku pertama Pi menceritakan tentang perjalanannya mencari Tuhan hingga terjadilah adegan lucu saat ketiga pemuka Agama bertemu dengan Pi dan Orangtua Pi di suatu perayaan, di buku kedua ini 'rasa' pencarian Ketuhanan Pi seolah lenyap, digantikan 'rasa ingin hidup'.

Dari sinilah, saya mulai berpikir, kalau blurb di belakang buku ini kurang benar. Saat perjalanan kerohanian Pi di awal, saya bisa memahami mengenai pergulatannya dalam mencari kasih Tuhan. Dan, lagi-lagi, dia kembali nyinyir di salah satu bagian.

Ayah berkata padaku, "Piscine, ada singa menyelinap masuk ke kandang Ilama hari ini, dan membunuh dua ekor Ilama. Kemarin ada singa lain membunuh kijang jantan hitam. Minggu lalu dua ekor singa memangsa unta. Dan siapa yang tahu siapa yang memakan agouti emas kita? Situasinya sudah tidak bisa ditolerir lagi. Mesti ada tindakan. Ayah sudah memutuskan, satu-satunya cara singa-singa itu bisa menebus dosa mereka yaitu kalau Ayah mengumpankanmu pada mereka."

"Ya, Ayah, memang itu satu-satunya cara yang benar dan logis. Beri aku waktu untuk membersihkan diri sebentar."

"Haleluya, Anakku."

"Haleluya, Ayah."

Life of Pi - halaman 90


Mengenai pengolahan yang menceritakan perjalanan ketuhanan Pi di Film, justru tidak bisa saya rasakan dengan baik. Ada beberapa bagian (bagian tiga pemuka agama muncul dan berdebat tentang Pi, yang say arasa paling penting dalam perjalanan itu) justru dihilangkan dan diganti adegan lain yang kurang mengena. Ada beberapa adegan pula yang terkesan dipaksakan, seperti saat Pi berteriak-teriak di sekoci ketika badai menerjang. Dia marah, karena 'Tuhan' membuat Richard Parker ketakutan. Padahal, menurut saya, emang dudulnya dia! Kenapa dia membuka terpal yang bisa menutupi Richard Parker dan dirinya sendiri!

Padahal, di buku, saat badai itu berlangsung, Pi justru tidak berteriak 'memarahi' Tuhan. Dia dengan tanggap langsung menutup sekoci dengan terpal, agar mereka berdua selamat. Ada lagi adegan saat Pi bertemu dengan koki buta dari sekoci lain, saat matanya buta. Di film, adegan tersebut dihilangkan, membuat rasa menegangkan dan saat-saat 'sekarat' Pi jadi tidak terasa sama sekali.

Di bagian Pi terdampar di pulau 'aneh', di sini, Yann menjelaskan dengan detail sekali bagaimana awalnya Pi merasakan kejanggalan demi kejanggalan di pulau itu. Saya bisa merasakan kengerian Pi saat Yann menggambarkan ketakutannya waktu menemukan 'buah' berisi geraham manusia! Lalu, bagaimana di filmnya? Datar, tak ada kata-kata, hanya gambar, gambar, dan gambar tanpa penjelasan. Memang efeknya bagus sekali tetapi, saya tidak bisa melihat dengan jelas waktu Pi menemukan geraham manusia tersebut, yang menjadi pangkal ketakutannya.

Menginjak bagian ketiga, saya benar-benar mengucapkan 'WOW'. Di cerita terakhir ini, saya benar-benar merasa kalau Pi adalah orang yang cerdas. Terlihat saat dia bercakap-cakap dengan Mr. Chiba dan Mr Okamoto, dua orang pegawai dari Jepang, yang menanyakan tentang bagaimana kronologi kapal tsimtsum karam.

Rasanya, tidak akan muat kalau saya menjelaskan percakapan sekitar empat puluh halaman di sini. Intinya, Pi menceritakan dua cerita mengenai kronologis bagaimana dia terjebak di sekoci selama berbulan-bulan. Bagaimana cara mereka bercakap-cakap, saling melempar pertanyaan dan jawaban dituliskan dengan apik oleh Yann. Namun, pada filmnya, saya tak mendapatkan kesan Pi cerdas. Di bagian akhir, dia 'terasa' sangat datar, berbeda dengan Pi di buku yang cerewet dan nyinyir.

overall, awalnya saya beri 3 bintang untuk buku ini tetapi, setelah melihat filmnya, saya naikkan menjadi 4 bintang. Buku ini membuat saya 'percaya' untuk terus 'berharap pada Tuhan' dan 'tidak berputus asa'. Untuk filmnya, saya beri 3 bintang untuk keindahan animasinya.

Sekian :D

4 dari 5 bintang untuk buku ini. :">

:) :) :) :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar