Selasa, 30 Juni 2015

Kahve, Shamrock & Raven : Kopi Penunjuk Nasib




Judul : Kahve, Shamrock & Raven
Penulis : Yuu Sasih
Penerbit : de_teens

Sinopsis

Kencana pergi ke ibu kota untuk kuliah sekaligus mencari jawaban atas alasan Saras, kakaknya, bunuh diri. Kencana menemukan gambar shamrock (semanggi berhelai tiga) di buku harian kakaknya yang bertanggalkan empat bulan sebelum hari kematiannya, yang juga menjadi entri terakhir di sana. Isi dari halaman yang dipenuhi gambar semanggi itu menyatakan bahwa kakaknya baru saja mendapatkan hasil ramalan yang bagus dari kedai kopi Black Dream di dekat kampusnya.

“Hari ini di Black Dreams aku dapat shamrock di cangkir kopiku. Tentu aku nggak lihat apa-apa di cangkir kopiku selain ampas hitam, tapi si barista kelihatan yakin saat mengatakannya. Katanya itu pertanda akan terkabulnya keinginan terbesar orang yang mendapatkannya. Dia juga bilang kalau gambar itu jarang ditemukan saat pembacaan. Memang cuma ramalan biasa, tapi akan menyenangkan kalau benar.”

“Saat orang sudah putus asa, hal seremeh apa pun akan dijadikan pegangan harapan.”

Review

   Whoaaa..., cerita ini mengingatkan saya pada kasus salah satu sastrawan tahun lalu, yaitu kasusnya Sitok Srengenge. Kita tahu sendiri, kasus tersebut menghebohkan banyak pihak, terutama setelah diketahui pula bahwa korbannya tidak hanya gadis tersebut, melainkan ada gadis-gadis lainnya.

   Hemm..., permasalahan yang diangkat dalam cerita ini sangat menarik. Sayangnya, tidak dijelaskan secara baik, mungkin karena diambil dari sudut pandang Kencana kali ya, sehingga saya tidak terlalu memahami, bagaimana sang kakak bisa terbujuk tanpa merasa terintimidasi? Eh, keknya bahasaku salah deh. Jadi begini, kalau diingatkan pada kasus sastrawan tersebut, kita mungkin mengingat-ingat bahwa ada suatu komentar bahwa itu terjadi atas suka sama suka, padahal yang sebenarnya, itu adalah kasus pemerkosaan/kekerasan seksual. Nah, di sinilah saya masih agak bingung, ini jebakannya gimana gitu? Sehingga sebuah kasus pemerkosaan bisa dikomentari sebagai kejadian suka sama suka? Ini yang tidak terlalu dijelaskan secara gamblang di novel ini.

   Secara keseluruhan, saya mengira novel ini baik. Penokohan, ceritanya, semuanya terangkai dengan baik, meski saya merasa agak aneh dan risih dengan beberapa tokoh, seperti misalnya Farran. Saya mengamini review salah satu teman di gr bahwa lelaki ini terlalu berusaha keras bersikap misterius. Sampai akhir pun, saya masih bertanya-tanya mengenai sikap misteriusnya pada Kencana. Awalnya, saya kira dia yang bakal jadian sama Kencana lho. Ternyata saya salah.

   Ada kemungkinan, Farran sebenarnya sudah *piiip*, tetapi entah kenapa dengan sikapnya yang kadang misterius ini, saya pikir dia masih hidup ya? Atau jangan-jangan, Kencana tahu kalau Farran sudah *piiip* tetapi melupakannya karena sangat terguncang, seperti ketika kawan dekatnya *piiip*.

   Ini kenapa kebanyakan piiip jadinya -___-"

   Selain itu, pesan implisit mengenai hubungan antara si Kencana dan Linda membuat saya meringis. Saya mengerti maksud si penulis dan itu bikin saya gak nyaman. Namun, saya kira, saya masih bisa menolerir akhir ceritanya. Ini adalah akhir yang pas, meski masih menimbulkan pertanyaan, 'Apa sih, arti pohon yew itu?'

   Akhir kata, buku ini lebih bagus dari buku-buku divapress yang pernah saya baca. Cetakkan pun juga apik. Saya mengapresiasi peningkatan kualitas buku-buku terbitan dvp deh :D

  3.5 bintang dari 5 bintang untuk buku ini

:D :D :D :)

2 komentar:

  1. Kualitas cetakan bagus dibanding buku lainnya, membuat saya tersenyum berarti sebelumnya kurang mengesankan.

    Dan penting juga sih review ini karena buku tersebut udah ada yang membongkar isi kualitas ceritanya. Hehe.


    Makasih

    BalasHapus
  2. untuk buku-buku sebelumnya, cetakan buku dvp memang kurang bagus. Tapi mungkin semakin ke sini kualitasnya akan semakin ditingkatkan. Kualitas cerita di buku ini sendiri sebenarnya menarik :)

    BalasHapus