Kamis, 19 November 2015

Not A Perfect Wedding : Perjalanan Tokoh Utama Yang Melelahkan


Judul : Not A Perfect Wedding
Pengarang : Asri Tahir
Penerbit : Elex Media Komputindo
Genre : Romansa

Sinopsis

Raina Winatama: Di hari pernikahanku, aku kehilangan mempelaiku. Bukan karena dia melarikan diri. Tapi dia pergi untuk selamanya.

Prakarsa Dwi Rahardi : Di hari pernikahanku, aku kehilangan mempelaiku. Bukan karena dia melarikan diri. Tapi aku harus pergi untuk selamanya.

Pramudya Eka Rahardi : Di hari pernikahan adikku, aku harus menjadi mempelai laki-laki. Menjalankan sebuah pernikahan yang harusnya dilakukan oleh adikku, Prakarsa Dwi Rahardi.


Editor’s Note
Pernikahan yang indah adalah impian setiap orang di dunia ini. Tapi bagaimana jadinya kalau akhirnya Anda harus menikah dengan orang yang sebelumnya bahkan tidak pernah Anda temui?

Not A Perfect Wedding menghadirkan fakta bahwa belajar mencintai adalah satu-satunya cara. Tidak ada yang tidak mungkin. Ketulusan seseorang akan mengalahkan kekerasan hati, ketulusan dan cinta akan membalut luka dan menyembuhkannya. Not A Perfect Wedding akan menunjukkan caranya bagi pembaca.
 

Review

   Siapa sih yang tidak akan terguncang kalau calon suami/istri tiba-tiba saja meninggal pas mau hari H pernikahan? Semua orang saya rasa bakal terguncang, kecuali kalau pernikahan itu emang gak diharepin sih. 

   Not a perfect Wedding, berkisah tentang kehidupan Raina dan Pram yang sederhana. Sejujurnya, di awal hendak membaca buku ini, saya memberikan ekspetasi yang cukup tinggi terhadap cerita ini. Yah... sekalian menyegarkan diri dengan cerita-cerita romansa gitu. Sedang haus dengan kisah cinta #eaaaa :))

Minggu, 01 November 2015

Happiness : Masa Depanmu, Bukan Mereka



Judul : Happiness
Penulis : Fakhrisina Amalia
Penerbit : Ice Cube
Kategori : Remaja

Sinopsis

“Berarti nggak masalah, dong, kalau Ceria masuk MIPA tapi ambil Biologi?”

“Bisa aja, sih. Tapi kalau kamu tanya Mama, yang banyak hitung-hitungannya itu lebih spesial. Nggak sembarang orang bisa, kan?”


Bagi Mama yang seorang dosen Matematika, hitung-hitungan itu spesial. Mama selalu membanding-bandingkan nilai rapor Ceria dengan Reina—anak tetangga sebelah yang pandai Matematika—tanpa melihat nilai Bahasa Inggris Ceria yang sempurna. Karena itu, sepanjang hidupnya Ceria memaksakan diri untuk menjadi seperti Reina. Agar Mama dan Papa bangga. Agar ia tak perlu lagi dibayang-bayangi kesuksesan Reina. Agar hidupnya bahagia. Ceria bahkan memilih berkuliah di jurusan Matematika tanpa menyadari ia telah melepaskan sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Sesuatu yang membuat dirinya benar-benar bahagia.


Review

   Kata orang, masa SMA adalah masa-masa paling menyenangkan. Katanya...

   Menurut saya, masa SMA adalah masa-masa paling mumet. Di jaman saya dulu, penjurusan mulai dari kelas 2 SMA. Kalau sekarang, saya kurang tahu sih, kurikulum sama aturan dunia pendidikan kita kan sering berubah-ubah tanpa sebab yang jelas. #eaaa

   Kembali ke pernyataan awal, masa SMA adalah masa paling mumet. Kenapa? Karena di titik inilah kita mempersiapkan diri untuk mandiri dari orangtua. Dalam usia yang masih dibilang labil, emosi meledak-ledak, bahkan nggak tahu apa yang diperbuat dan melakukan sesuatu hanya berdasarkan asas keren-kerenan, memutuskan/menentukan arah hidup terbilang sulit. Jarang lho, ada yang udah tahu ke mana dia ingin melangkah di usia seperti ini. Kebanyakan masih terkatung-katung dan nggak jelas arah hidupnya.