Selasa, 26 Mei 2015

The Awakening : Darah Merah yang Menggoda



Judul : The Awakening
Pengarang : Yoana Dianika
Penerbit : Grasindo
Genre : low fantasy

Sinopsis

Mari kuceritakan padamu kisah Yahudi kuno, tentang Samel-Lilith yang tidak menurut Tuhan. Keturunan mereka terpecah: Splitter—para pembangkang Samael-Lilith yang memihak manusia, dan Devotee—para pengabdi Samael-Lilith yang memburu manusia. Ini tentang pernikahan terlarang keturunan Samael-Lilith dengan keturunan Adam-Eve.

 Pernikahan terlarang yang mewariskan darah E+, dan saat ini mengalir di tubuhku. Aku yang biasa hidup normal ini harus menghadapi masalah serius—diburu para devotee dan hidup dalam pelarian. Saat ancaman bahaya semakin serius, aku bergulat dengan perasaanku yang membingungkan. Aku nyaman berada di sisi Jeremy, mantanku yang seorang splitter. 

Namun, di sisi lain aku menyukai Frederick, seorang devotee yang jelas berada di pihak musuh dan memburu darah istimewaku. Aku bingung, kepada siapa perasaanku harus diletakkan? Dan siapa yang bisa kupercayai? “Aku tidak mau mati begitu saja setelah Fred dan Jim berkorban untukku.”

Review
  (Awas spoiler!)

   Sampulnya.... sampulnya nyeremin, ciiiin. Pertama kali liat sampulnya, yang terbayang dalam benak saya adalah seorang tokoh boneka yang menjalani kehidupan kelam dengan latar belakang cerita di abad pertengahan sana. (Abad pertengahan kok pakenya gaun pendek berbahu terbuka? *toyor diri sendiri*). Ya intinya..., sampul buku ini saya pikir sebagai novel drama misteri yang berkisah soal pembunuhan atau psikopat sih.

   Gak nyangka kalau ini cerita bergenre fantasi.

   Lebih gak nyangka lagi, ini cerita remake dari cerita sebelumnya yang sebenarnya belum pernah baca.

   (Apa sih yang bikin kamu nyangka? #dikeplak)


   Jadi, novel ini menceritakan soal Ellen, sang pemilik darah langka yang diincar oleh keturunan Samael-Lilith yang untuk menambah kekuatan mereka. Sekilas, kalau dibaca dari sinopsisnya, ceritanya akan terbayang seperti twilight, tapi enggak kok. Karakter tokoh utamanya lumayan bisa disukai dan karakter-karakter pendukungnya juga likeable, cuma.... terkadang ada satu-dua bagian yang bikin saya gemes ama tingkah tokoh-tokoh ini, dan entah kenapa saya gak bisa suka sama Frederick. :(

   Secara penceritaan dan alur, semuanya bagus dan runut. Gaya penceritaannya enak, walau saya menemukan ada informasi yang kurang penting dan numplek jadi satu di salah satu bab, seperti informasi soal dasi dan pengelompokan anak-anak di sekolah Ellen. Pas baca penjelasan soal sekolah Ellen ini, saya rada-rada heran, karena merasa pengelompokan ini mirip seperti pengelompokan di Divergent. Tiap-tiap anak dipisahkan sesuai dasi mereka (setidaknya ada 5 warna dasi), yang paling saya ingat mah, dasi abu-abu yang artinya menonjol atau termasuk anak-anak yang populer. Saya sedikit bingung, kalau mereka berbaur di dalam sekolah, lantas apa maksud pengelompokan dasi-dasi ini? Rasanya..., kurang terlalu relevan untuk cerita, kecuali untuk mencirikan tokoh-tokoh yang nantinya dekat dengan Ellen.

   Alur cerita rapi, walau terkadang di bab-bab tertentu disisipi oleh mimpi Ellen tentang masa lalu leluhurnya. Kemudian, sedikit yang mengganggu saya di cerita adalah tentang ketidaktahuan Jim mengenai darah langka yang dimiliki Ellen. Setengah buku sebelumnya, saya mencermati kalau Jim seolah tahu kalau Ellen punya darah khusus, tapi... di bagian-bagian akhir, setelah Ellen dibawa ke rumah para Splitter, ini napa Jim jadi kaget kalau Ellen punya darah E+? Saya jadi rada bingung.

   Kemudian, hal yang paling membingungkan lainnya adalah kemunculan Fritz di akhir buku. Sang leluhur ternyata masih hidup dan memberitahu Ellen bahwa dia bisa menyegel Kelley di saat yang tato di tangannya jadi biru. Lho? Jadi Fritz ndak bisa nyegel? Terus, apa dulu ada E+ lain yang pernah nyegel Kelley dan Fritz tahu? Kesannya, kemunculan Fritz di akhir ini rada terburu-buru dan melemporkan sebuah kunci yang mengatakan bahwa... Ellen adalah penyelamat untuk para Splitter maupun dirinya sendiri dengan cara yang harus dia cari sendiri pula. Kenapa si Kakek nggak tinggal sebentar untuk mengajari Ellen, ya? Itu keturunanmu lho, Kakeeeeekkkk. -___-"

   Secara garis besar, saya cukup menyukainya sebagai bacaan ringan di akhir pekan. 3 bintang untuk The Awakening. :)

:) :) :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar